Pages

Monday, February 28, 2011

Mini-expo Reflection

Today, 1st March 2011, I did a mini-expo about cyclones. A lot of people went to our stall. But some people came when we were closing. The captain, Rayhan said that we had too much candy (which is our prize). So when it was our closing time, we had to present our mini-expo. We also gave one big piece of candy and another small piece of candy to each customer. A lot of people only wanted to get some prizes but some people also wanted to learn, especially the teachers and parents. This is the percentage on how many people want to learn or get prizes:

Want Prizes: 60%
Want Information: 40%

As I go around I saw a lot of people using dried ice in their projects although dried ice is really dangerous.

The next time I do mini expo, I want to add more colors to my display to attract people, gain confidence, learn from the best and maybe use a new software. I felt happy an exhausted because I like to show off information that I know and exhausted because I needed to move a lot! 

Thursday, February 3, 2011

Refleksi Guest Speaker FASB

Pada tanggal 2 Februari 2011 kami di kunjungi tamu dari FASB (Forum Anak Siaga Bencana) yang datang dari Garut. Nama mereka adalah: Kak Leo, Kak Thomas, Kak Nia dan Kak Eki dan satu orang lagi (aku lupa namanya,?).  Mereka mengajari kita tentang mengapa bencana mulai, dimana tempat aman untuk berlindung, dan sebagaian safety tips. Pertama kita menonton film dan belajar tentang mulainya bencana, cara berlindung, tempat berlindung. Kedua kami membuat peta yang memberi tahu kta dimana emergency exit dll tetapi sebelum itu ada permainan, kita harus menggambar sesuatu dan kita harus tahu itu apa. Setelah itu kita ke lapangan dan kita melihat guru-guru memperagakan bagaimana untuk mematikan api. Lalu kita ke Primary Plaza dan melihat apa grup FASB membuat. Mereka membuat model kampungan dan memperagakan bencana-bencan seperti tsunami, gempa, banjir lahar, gunung berapi, dan kebakaran hutan.

Tuesday, February 1, 2011

Refleksi Kedatangan Sekolah JJS

Pada hari Kamis, 27 Januari 2011, sekolah JJS (Sekolah Jepang) datang ke sekolah kita. Kita membawa snack tradisional dari Indonesia untuk di bagi. Kita membawa baju besar yang bisa kotor supaya baju kita tidak kotor kalau kita belajar 'KANJI'. Pertama kita menunggu di PVAC (Performing Visual Arts Center). Lalu kita bertemu dengan murid-murid JJS dan Pak Agus, Ibu Hani (guru dari JJS), Billy dan murid dari JJS membuat 'opening speech'. Lalu kita bersiap untuk bernari tarian Poco-Poco. Sesudah kita bernari kita di bagikan menjadi kelompok yaitu berisi 2 anak dari sekolah kami dan 3 anak lagi dari JJS. Aku berkelompok dengan Erin dan tiga anak lagi dari sekolah JJS. Setelah itu kita mengajar teman-teman kita dari JJS untuk menari tarian Poco-Poco, kita punya banyak kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka jadi aku hanya bernari dan mereka hanya harus mengikuti. Lalu kita bernari bersama-sama. Setelah itu kita pergi untuk istirahat. Kita mengambil makanan kita pergi ke kantin. Kita berbagi makanan tetapi tidak ada yang menghabiskan makanan yang kita bagi karena kita tidak punya selera yang sama. Selesai istirahat kita menonton Daniel, Audrey dan Theo memainkan wayang tentang Ramayana sesudah itu kita melapiskan baju kami dan bersiap - siap untuk belajar 'Kanji'. Lalu kami diajarkan kanji dengan sekolah JJS. Lalu kita merapihkan barang kita karena kawan-kawan dari JJS mau balik ke sekolahnya. Lalu kita mendengarkan para guru dan murid-murid membuat 'closing speech'. Lalu kita mengambil foto bersama-sama. Akhirnya teman-teman dari sekolah JJS balik ke sekolahnya. 


Ini gambar kita bersama-sama, grupku yang di barisan depan dan di samping kiri.




 

Tamu dari Aceh

Ibu Ria  dan ibu Ivat menagajar di Aceh, mereka mengajar korban-korban tsunami dan korba-korban konflik. Ibu Ivat dan ibu Ria dari Surabaya. Mereka tinggal di Jakarta tetapi tugas mereka di Aceh. Anak-anak korban masih takut dengan orang yang bukan dari Aceh dan merea juga takut sekali dengan tsunami. Disana banyak sekali gempa bumi jaditidak banyak yang khawatir. Gempa bumi bisa mengayun ke kana dan kekiri atau kedepan dan kebelakaqng atau juga bisa bergetar dan kebawah. Tsunami terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. Saat kejadia itu anak dari SMA yang nama nya Lutfi ketemu dengan ular python dan ular itu membelitnya. Ular itu membawanya keatas atap dan menylamatkannya dari tsunami. Dari 26 anak hanya 7 yang dari yatim piatu. Disana mereka haya bisa bahasa Aceh. Mereka tidak bisa bahasa Indonesia dan kadang-kadang gurunya, ibu Ria dan ibu Ivat harus memakai bahasa isyarat karena mereka tidak tahu banyak bahasa Aceh. Ibu Ivat dan ibu Ria tidak kerja di sekolah yang sama, ibu Ria berkerja di Lhokseumawe dan ibu Ivat mengajar di Pidie. Disana panas sekali, sehingga kalau mau merebus telur ita hanya perlu meninggal kan telur di bawah panas dan akan matang sendiri. Di Aceh jarang ada gunung yang bertingkat, atap nya terbuat dari seng supaya kalau ada gempa tidak gerak. Disana (sekolah) ada banyak kantor tetapi kelasnya sedikit.